Category Archives: Preeklamsia
Preeklampsia berat
Diagnosis Preeklampsia berat didasarkan pada adanya TD ³ 160/110 mmHg, dengan proteinuria +2 atau lebih menggunakan dipstik.
Preeklampsia disebut berat bila terdapat :
Tabel 3. Indikator menentukan jenis preeklampsia berat
Kelainan | Preeklampsia berat |
TD sistolik
TD diastolik Proteinuria Nyeri kepala Gangguan visual/buta kortikal Nyeri epigastrik & subhepatik menetap Oliguria Kejang-kejang Kreatinin serum Trombositopenia Hiperbilirubinemia Peningkatan kadar enzim hati Retardasi pertumbuhan janin/PJT Edema paru Sianosis Hiperrefleksia |
³ 160 mmHg
³ 110 mmHg Dipstick: +2/lebih, Lab: > 3 gr/hari Ada Ada Ada < 400 ml/hari ada à menjadi eklampsia Meningkat < 100.000/mm3 Ada Sangat nyata Tampak jelas Ada Ada Ada |
HELLP Syndrome atau Sindrom HELLP
Sindroma HELLP merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis, peningkatan enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi endotel sistemik. Insidens sindroma hellp pada kehamilan berkisar antara 0,2-0,6 %, 4-12% pada preeklampsia berat, dan menyebabkan mortalitas maternal yang cukup tinggi (24 %), serta mortalitas perinatal antara 7,7%-60%.
Pada penderita preeklampsia, Sindroma HELLP merupakan suatu gambaran adanya Hemolisis (H), Peningkatan enzim hati (Elevated Liver Enzym-EL), dan trombositopeni (Low Platelets-LP). Sindroma HELLP dapat timbul pada pertengahan kehamilan trimester dua sampai beberapa hari setelah melahirkan.
Diagnosis Sindroma HELLP secara obyektif lebih berdasarkan hasil laboratorium, sedangkan manifestasi klinis bersifat subyektif, kecuali jika keadaan sindroma HELLP semakin berat. Berdasarkan hasil laboratorium dapat ditemukan anemia hemolisis, disfungsi hepar, dan trombositopeni. Continue reading
Pre-eklamsia & Eklamsia
A. Preeklampsia
1. Definisi6
Hipertensi adalah keadaan dengan tekanan darah diastolik minimal 90 mmHg atau tekanan sistolik minimal 140 mmHg, atau kenaikan diastolik minimal 15 mmHg atau kenaikan tekanan sistolik minimal sebesar 30 mmHg. Tekanan darah harus diukur paling sedikit 2 kali dengan selang waktu 6 jam, memakai sphigmomanometer di lengan kanan setinggi posisi jantung pada Korotkoff I sebagai sistolik dan Korotkoff IV sebagai diastolik. Continue reading